Sabtu, 12 Mei 2012

Pemeriksaan Urine


MODUL
M.A BIOKIMIA

POKOK BAHASAN
PEMERIKSAAN URINE






logo.jpg



OLEH
VERA WATI TAMBA           (P07524111121)




POLTEKKES KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN MEDAN
TAHUN 2012




Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasihNyalah modul ini dapat disusun sedemikian rupa walaupun dalam bentuk yang sederhana.
Adapun isi dari makalah ini  merupakan hasil rangkuman dari beberapa buku dan sebagaimana yang disebut dalam pustaka biokimia dengan pokok bahasan pemeriksaan urine.
Modul biokimia ini disusun untuk mahasiswi DIII kebidanan  kemenkes Medan Tahun 2012, dimana diharapkan dengan adanya modul ini akan dapat membantu mahasiswi dalam memahami MK Biokimia dengan pokok bahasan Pemeriksaan Urine.
Penulis menyadari naskah tutorial ini masih jauh dari sempurna, dan untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun demi lengkapnya modul ini.




                                                                                                Medan,            Mei 2012
                                                                                                Editor:


                                                                                                Penulis

















IDENTITAS DAN PENGESAHAN


1.    Judul Modul                       : Pemeriksaan Urin
  M.A Biokimia
  Semester II TA 2011-2012
  Mahasiswi Jurusan Kebidanan
  Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
  Program DIII Kebidanan
  No Pustaka:

2.    Penulis Modul
1.       Vera Wati Tamba              (P07524111121)


Medan,            Mei 2012.


Mengetahui                                                                             Menyetujui
Direktur                                                                                   Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan                                                   Poltekkes Kemenkes Medan



Ir Zuraidah Nasution M.Kes                                                   Yusliana N, Spd, M.Kes
NIP. 196101101989102001                                                   NIP. 195301071980032001








IDENTITAS DAN PENGESAHAN


3.    Judul Modul                       : Pemeriksaan Urin
  M.A Biokimia
  Semester II TA 2011-2012
  Mahasiswi Jurusan Kebidanan
  Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
  Program DIII Kebidanan
  No Pustaka:

4.    Penulis Modul
  Vera Wati Tamba              (P07524111121)



Medan,            Mei 2012.


Mengetahui / Menyetujui
Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan


Yusliana N, Spd, M.Kes
NIP. 195301071980032001







DAFTAR ISI

Peta Kedudukan Modul                                                                               1
I.              PENDAHULUAN                                                                               2
II.           PEMBELAJARAN                                                                            2
1.      Tujuan                                                                                                 2
2.      Uraian Materi                                                                                     2
1.      Pemeriksaan Sekret Vagina                                                        2
2.      Pemeriksaan Cairan Cerebrospinal                                           4
3.      Pemeriksaan Cairan Limfe                                                         11
4.      Pemeriksaan Urine                                                                       16
5.      Pemeriksaan Tes Kehamilan                                                       25
III.        PERTANYAAN                                                                                  27






















DAFTAR PUSTAKA

r. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta


1 June 2009
Analisis cairan serebrospinal
Posted by hnz11


Selasa, 25 Januari 2011

ockym10:43 AM| study



Oleh: Indonesian Children | Desember 3, 2009



file:///D:/BIOKIMIA/laman%20PU/pemeriksaan-protein-urine.html
Bambang Sumantri, S.Kep.,Ns1/28/2012


Senin, 13 Juni 2012





Peta Kedudukan Modul
Modul ini merupakan pertemuan ke XV dari 16 pertemuan MA Biokimia.
Glosarium

I.     PENDAHULUAN
1.      Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mahasiswi dapat mengetahui, memahami tentang Pemeriksaan Urine.
2.      Deskripsi
Mata Kuliah ini menguraikan tentang Pemeriksaan Urine kegiatan belajar dilakukan melalui ceramah, diskusi, penguasaan dan praktika. Mahasiswi melakukan study kepustakaan dengan menelaah berbagai sumber yang berkaitan dengan Pemeriksaan Urine
3.      Waktu
1x150”
4.      Prasyarat
Lulus MK. Konsep Dasar Kebidanan (KDK)
5.      Petunjuk Penggunaan Modul
Modul ini sebaiknya dibaca 1 minggu sebelum Perkuliahan di mulai.
Laksanakan tugas yang diberikan dan jawablah soal tes.
Pada saat perkuliahan modul ini dibawa beserta tugas yang diberikan.
6.      Tujuan Akhir
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
1.      Mengetahui Pengertian Pemeriksaan Urine
2.      Mengetahui Ruang Lingkup Pemeriksaan Urine
3.      Mengetahui Metode Pendidikan Kesehatan
4.      Mengetahui Alat Bantu Media Pendidikan
5.      Mengetahui Perilaku Kesehatan
6.      Mengetahui Perubahan Perilakudan Proses Belajar
7.      Mengetahui Status Kesehatan
7.      Cek Penguasaan Standar Kompetensi
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswi:
1.      Mengetahui Pengertian Pemeriksaan Urine
2.      Mengetahui Ruang Lingkup Pemeriksaan Urine
3.      Mengetahui Metode Pendidikan Kesehatan
4.      Mengetahui Alat Bantu Media Pendidikan
5.      Mengetahui Perilaku Kesehatan
6.      Mengetahui Perubahan Perilakudan Proses Belajar
7.      Mengetahui Status Kesehatan

II.  PEMBELAJARAN
1.    Tujuan
Setelah mendapatkan pembelajaran diharapkan mahasiswa memahami tentang
Pemeriksaan Urine
2.    Uraian Materi
1.    Pemeriksaan Sekret Vagina
Definisi


http://www.duniamedik.com/wp-content/uploads/2011/06/Penyakit-Trikomoniasis1-150x150.jpg
 












Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Parasit ini paling sering menyerang wanita, namun pria dapat terinfeksi dan menularkan ke pasangannya lewat kontak seksual. Vagina merupakan tempat infeksi paling sering pada wanita, sedangkan uretra (saluran kemih) merupakan tempat infeksi paling sering pada pria.

Gejala
Pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut terlihat sekret vagina keruh kental berwarna kekuning-kuningan, kuning hijau, berbau tidak enak dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Selain itu didapatkan rasa gatal dan panas di vagina. Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan keluhan utama yang dirasakan penderita dengan trikomoniasis. Pasien dengan trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut bagian bawah. Bila sekret banyak yang keluar, dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar bibir vagina. Pada kasus yang kronis, gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak berbusa. Berbeda dengan wanita, pada pria biasanya tidak memberikan gejala. Kalaupun ada, pada umumnya gejala lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Gejalanya antara lain iritasi di dalam penis, keluar cairan keruh namun tidak banyak, rasa panas dan nyeri setelah berkemih atau setelah ejakulasi.




Menjaga Kebersihan Vagina
Gunakan celana dalam berbahan katun.
Gunakan air bersih untuk membersihkan vagina (dan sekitarnya).
Bilas area vagina dari depan ke belakang ketika cebok agar terhindar dari kontaminasi kuman di anus. (kalau dari belakang ke depan sama halnya dengan memindahkan kuman di anus ke miss V)
Mengganti pembalut sesering mungkin untuk menghindari bersarangnya kuman pada pembalut.
Hindari pemakaian celana dalam berbahan nylon.
Hindari pemakaian celana ketat.
Hindari pemakaian parfum atau sabun yang mengandung parfum (termasuk deodorant) agar tidak terjadi iritasi.
Hindari penyemprotan atau pemakaian produk kebersihan atau bahan antiseptik tanpa saran dokter.
Gunakan handuk sendiri.
Biasakan cuci tangan sebelum menyentuh.
Pastikan menggunakan celana dalam bersih.


Pengobatan
Pengobatan paling efektif untuk trikomoniasis adalah dengan obat minum metronidazol. Dosis biasanya 2 gram dosis tunggal ataupun 500 miligram dua kali sehari selama tujuh hari. Obat ini tidak boleh diberikan bila penderita dalam keadaan hamil 3 bulan pertama karena efeknya pada janin. Pada keadaan ini, penderita tersebut dapat menggunakan obat clotrimazole, yang penggunaanya secara dimasukan ke dalam vagina. Gejala trikomoniasis pada pria yang terinfeksi biasanya akan hilang dalam beberapa minggu tanpa pengobatan. Namun, pria yang terinfeksi tersebut, walaupun tidak pernah memberikan gejala atau gejalanya sudah tidak ada, dapat terus menularkan ke pasangan seksualnya sampai ia selesai diobati. Oleh karena itu, kedua pasangan seksual tersebut harus diobati sekaligus untuk menghentikan penyebaran penyakitnya. Penderita yang sedang diobati disarankan tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan sembuh. Orang yang pernah terkena trikomoniasis tidak melindungi orang tersebut untuk tidak terkena lagi. Walaupun pengobatannya berhasil, orang tersebut dapat terkena infeksi kembali.

Epidemiologi
Angka kejadian di Amerika Serikat sekitar 7.4 juta kasus baru setiap tahun. Angka pastinya sukar didapat karena kebanyakan kasus ini tidak dilaporkan atau tidak terdiagnosis. Secara global, WHO memperkirakan terdapat sekitar 180 juta kasus baru tiap tahunnya di seluruh dunia. Sementara angka prevalensinya bervariasi dari 5% pada klien klinik KB sampai 75% pada pekerja seks. Trikomoniasis memiliki angka infeksi gabungan yang cukup tinggi dengan penyakit menular lain, seperti dengan gonore, yang diketahui berhubungan secara signifikan dengan infeksi trikomoniasis. Trikomoniasis juga memfasilitasi penularan human immunodeficiency virus (HIV). Trikomoniasis terdapat baik pada laki-laki maupun perempuan, namun lebih sering ditemukan pada perempuan.





Penyebab
Trikomoniasis disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis. Parasit ini menyebar melalui hubungan seksual dengan orang yang sudah terkena penyakit ini. Trikomoniasis menyerang (uretra) saluran kemih pada pria, namun biasanya tanpa gejala, sedangkan pada wanita, trikomoniasis lebih sering menyerang vagina. Resiko untuk terkena penyakit ini tergantung aktivitas seksual orang tersebut. Beberapa faktor resiko untuk terkena penyakit ini antara lain:
* Jumlah pasangan seksual selama hidupnya
* Pasangan seksual saat ini
* Tidak memakai kondom saat berhubungan seksual

Pencegahan
Karena trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual, cara terbaik menghindarinya adalah tidak melakukan hubungan seksual. Beberapa cara untuk mengurangi tertularnya penyakit ini antara lain:
-          Pemakaian kondom dapat mengurangi resiko tertularnya penyakit ini.
-          Tidak pinjam meminjam alat-alat pribadi seperti handuk karena parasit ini dapat hidup di luar tubuh manusia selama 45 menit.
-          Bersihkan diri sendiri segera setelah berenang di tempat pemandian umum.



2.    Pemeriksaan Cairan Cerebrospinal
Cairan serebrospinal adalah cairan yang berada diotak dan sterna serta ruang subrachnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis. Cairan serebrospinal mempunyai tekanan yang konstan, dan seluruh ruangan berhubungan satu sama lain.
Letak cairan serebrospinal
Secara anatomis, cairan serebrospinal ditemukan dalam ruang-ruang otak (ventrikel otak), yaitu pada:
·       Ruang subarakhnoid
·       Ventrikel otak
·       Kanal sentralis medula spinalis.
Cairan ini dihasilkan oleh pleksus khoroid yang terdapat pada atap ventrikel ketiga dan ke empat dan pada dinding medial ventrikel lateral. Cairan serebrospinal dihasilkan secara aktif dan dalam keadaan normal diimbangi oleh absorbsi kembali ke dalam darah.


Fungsi cairan serebrospinal
Fungsi utama dari cairan serebrospinal ini adalah melindungi sistem saraf pusat dari trauma (tekanan/benturan) dari luar dan mempertahankan lingkungan cairan sesuai untuk otak serta memberi perlindungan terhadap benturan ringan dan luka mekanik lainnya (sebagai bumper/penyangga).
Dalam penampakannya, cairan serebrospinal seperti mengapungkan otak dalam air, sehingga menjadikan otak tetap stabil pada tempatnya walaupun ada benturan dari luar.
Warna
Cairan serebrospinal normal tidak berwarna. Adanya warna pada cairan ini biasanya menunjukkan hal abnormal.
·  Xantokrom (kekuningan): perdarahan subarakhnoid, meningitis tuberkulosis, dan neonatus normal.
·  Kuning: hiperbilirubinemia, hemolisis.
·  Orange: hiperkarotenemia, hemolisis.
·  Merah muda: hemolisis.
·  Hijau: hiperbilirubinemia, meningitis bakterial.
·  Coklat: meningitis melanomatosis.
Hitung sel
Cairan serebrospinal normal hanya mengandung 0-5 leukosit/mm3.
Pada pasien meningitis purulen (bakterial), dapat ditemukan jumlah sel lebih dari 100-1000 leukosit/mm3. Jumlah sel lebih dari normal, tapi kurang dari 100, dapat ditemukan pada meningitis viral. Penyebab jumlah sel di cairan serebrospinal meningkat selain infeksi antara lain penyakit keganasan, perdarahan intraserebral, dan setelah serangan kejang.
Dominasi sel netrofil atau sel polimorfonuklear (PMN) dapat ditemukan pada meningitis bakterial stadium awal. Dominasi eosinofil cukup sering berkaitan dengan meningitis atau ensefalitis oleh parasit. Sedangkan dominasi limfosit-monosit (mononuklear / MN) ditemukan pada meningitis viral, tuberkulosis, atau fungal.
Protein
Protein pada cairan serebrospinal normal mengandung 18-58 mg/dL protein.
Peningkatan protein dapat terjadi akibat infeksi, perdarahan, multiple sclerosis, dan keganasan. Sedangkan protein yang rendah mungkin ditemukan pada bayi atau anak berusia di bawah 2 tahun dan pada intoksikasi air. Hipoproteinemia atau hipoalbuminemia tidak menyebabkan protein cairan serebrospinal menurun.
Glukosa
Glukosa pada cairan serebrospinal biasanya sama dengan 2/3 kali glukosa darah orang yang bersangkutan 2-4 jam sebelumnya.
Satu-satunya penyebab peningkatan glukosa pada cairan serebrospinal adalah diabetes melitus. Namun glukosa cairan dalam kasus ini tidak pernah melebihi 300 mg/dL.
Penurunan glukosa cairan serebrospinal biasanya disebabkan infeksi. Infeksi bakteri menyebabkan glukosa turun sampai sangat rendah, namun infeksi virus yang hanya menyebabkan glukosa turun sedikit. Pemeriksaan ini tidak selalu sensitif menyingkirkan infeksi karena 50% pasien meningitis menunjukkan kadar glukosa cairan serebrospinal normal.
Kultur
Untuk menyingkirkan atau mengkonfirmasi diagnosis infeksi, baik ensefalitis maupun meningitis, dapat dilakukan kultur cairan serebrospinal terhadap beberapa mikroorganisme. Mikroorganisme yang dimaksud antara lain pneumococcus, meningococcus, Haemophilus influenza (bakteri), Enterovirus (virus), Mycobacterium tuberculosis (tuberkulosis), dan Cryptococcus neoformans (fungal). Dalam kasus tertentu mungkin juga perlu diperiksa kemungkinan toksoplasmosis.
Perbandingan hasil analisis cairan serebrospinal pada meningitis dari berbagai penyebab dapat dilihat pada gambar berikut.
analisis csf meningitis
Selain pemeriksaan rutin di atas, kadang juga diperiksa uji aglutinasi lateks untuk Haemophilus influenza dan PCR (polymerase chain reaction). Aglutinasi lateks merupakan uji antigen-antibodi yang bermanfaat pada kasus meningitis Haemophilus yang sudah mendapat pengobatan sebagian; karena pemeriksaan kultur pada kasus ini mungkin memberi hasil negatif. Sedangkan PCR merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk berbagai jenis penyebab infeksi sistem saraf pusat, namun biayanya masih cukup tinggi dan belum tersedia di seluruh laboratorium.
Pembentukan, Aliran dan Absorpsi Cairan Serebrospinal
Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus choroideus ventrikel  serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah kecil dibentuk oleh sel ependim yang membatasi ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang bocor ke ruangan perivaskuler disekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah otak).
Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21 mL/jam (500 mL/ hari), volume CSS total hanya sekitar 150 mL. CSS mengalir dari ventrikel lateralis melalui foramen intraventrikular (foramen Monroe) ke venrikel ketiga, lalu melewati cerebral aquaductus (aquaductus sylvii) ke venrikel keempat, dan melalui apertura medialis (foramen Magendi) dan apertura lateral (foramen Luschka) menuju ke sisterna cerebelomedular (sisterna magna). Dari sisterna cerebelomedular, CSS memasuki ruang subarakhnoid, bersirkulasi disekitar otak dan medula spinalis sebelum diabsorpsi pada granulasi arachnoid yang terdapat pada hemisfer serebral.

Sekresi Pleksus Koroideus
Pleksus koroideus adalah pertumbuhan pembuluh darah seperti kembang kol yang dilapisi oleh selapis tipis sel. Pleksus ini menjorok ke dalam kornu temporal dari setiap ventrikel lateral, bagian posteror ventrikel ketiga dan atap ventrikel keempat.
Sekresi cairan oleh pleksus koroideus terutama bergantung pada transpor aktif dari ion natrium melewati sel epitel yang membatasi bagian luar pleksus. Ion- ion natrium pada waktu  kembali akan menarik sejumlah besar ion-ion klorida, karena ion natrium yang bermuatan positif akan menarik ion klorida yang bermuatan negatif. Keduanya bersama-sama meningkatkan kuantitas osmotis substansi aktif dalam cairan serebrospinal, yang kemudian segera menyebabkan osmosis air melalui membran, jadi menyertai sekresi cairan tersebut. Transpor yang kurang begitu penting memindahkan sejumlah kecil glukosa ke dalam cairan serebrospinal dan ion kalium dan bikarbonat keluar dari cairan serebrospinal ke dalam kapiler. Oleh karena itu, sifat khas dari cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: tekanan osmotik kira-kira sama dengan plasma; konsentrasi ion natrium kira-kira sama dengan plasma; klorida kurang lebih 15% lebih besar dari plasma; kalium kira-kira 40% lebih kecil; dan glukosa kira-kira 30% lebih sedikit. Inhibitor carbonic anhidrase  (acetazolamide), kortikosteroid, spironolactone, furosemide, isoflurane dan agen vasokonstriksi untuk mengurangi produksi CSS.

Absorpsi Cairan Serebrospinal Melalui Vili Arakhnoidalis
Absorpsi CSS melibatkan translokasi cairan dari granulasi arachnoid ke dalam sinus venosus otak. Vili arakhnoidalis, secara mikroskopis adalah penonjolan seperti jari dari membran arakhnoid ke dalam dinding sinus venosus. Kumpulan besar vili-vili ini biasanya ditemukan bersama-sama, dan membentuk suatu struktur makroskopis yang disebut granulasi arakhnoid yang terlihat menonjol ke dalam sinus. Dengan menggunakan mikroskop elektron, terlihat bahwa vili ditutupi oleh sel endotel yang memiliki lubang-lubang vesikular besar yang langsung menembus badan sel. Telah dikemukakan bahwa lubang ini cukup besar untuk menyebabkan aliran yang relatif bebas dari cairan serebrospinal, molekul protein, dan bahkan partikel-partikel sebesar eritrosit dan leukosit ke dalam darah vena. Sebagian kecil diabsorpsi di nerve root sleeves dan limfatik meningen. Walaupun mekanismenya belum jelas diketahui, absorpsi CSS ini tampaknya berbanding lurus terhadap
tekanan intra kranial (TIK) dan berbanding terbalik dengan tekanan vena serebral (Cerebral Venous Pressure = CVP). Karena otak dan medula spinalis sedikit disuplai oleh sistem limfatik, absorpsi melalui CSS merupakan mekanisme utama untuk mengembalikan protein perivaskuler dan interstitiil ke dalam aliran darah.




Ruang Perivaskuler dan Cairan Serebrospinal
Pembuluh darah yang mensuplai otak pertama-tama berjalan melalui sepanjang permukaan otak dan kemudian menembus ke dalam, membewa selapis pia mater, yaitu membran yang menutupi otak. Pia mater hanya melekat longgar pada pembuluh darah, sehingga terdapat sebuah ruangan, yaitu ruang perivaskuler, yang ada di antara pia mater dan setiap pembuluh darah. Oleh karena itu, ruang perivaskuler mengikuti arteri dan vena ke dalam otak sampai arteriol dan venula, tapi tidak sampai ke kapiler.

Fungsi Limfatik Ruang Perivaskuler
Sama halnya dengan di tempat lain dalam tubuh, sejumlah kecil protein keluar dari parenkim kapiler ke dalam ruang interstitiil otak, karena tidak ada pembuluh limfe dalam jaringan otak, protein ini meninggalkan jaringan terutama dengan mengalir bersama cairan yang melalui ruang perivaskuler ke dalam ruang subarakhnoid. Untuk mencapai ruang subarakhnoid, protein akan mengalir bersama cairan serebrospinal untuk diabsorpsi melalui vili arakhnoidalis ke dlam vena-vena serebral. Ruang perivaskuler, sebenarnya, merupakan sistem limfatik yang khusus untuk otak.
Selain menyalurkan cairan dan protein, ruang perivaskuler juga menyalurkan partikel asing dari otak ke dalam ruang subarakhnoid. Misalnya, ketika terjadi infeksi di otak, sel darah putih dan jaringan mati infeksius lainnya dibawa keluar melalui ruang perivaskuler.

Tekanan Cairan Serebrospinal
Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika seseorang berbaring pada posisi horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg), meskipun dapat juga serendah 65 mm air atau setinggai 195 mm air pada orang normal.

Pengaturan Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili Arakhnoidalis  
Normalnya, tekanan cairan serebrospinal hampir seluruhnya diatur oleh absorpsi cairan melalui vili arakhnoidalis. Alasannya adalah bahwa kecepatan normal pembentukan cairan serebrospinal bersifat konstan, sehingga dalam pengaturan tekanan jarang terjadi faktor perubahan dalam pembentukan cairan. Sebaliknya, vili berfungsi seperti katup yang memungkinkan cairan dan isinya mengalir ke dalam darah dalam sinus venosus dan tidak memungkinkan aliran sebaliknya. Secara normal, kerja katup vili tersebut memungkinkan cairan serebrospinal mulai mengalir ke dalam darah ketika tekanan sekitar 1,5 mmHg lebih besar dari tekanan darah dalam sinus venosus. Kemudian, jika tekanan cairan serebrospinal masih meningkat terus, katup akan terbuka lebar, sehingga dalam keadaan normal, tekanan tersebut tidak pernah meningkat lebih dari beberapa mmHg dibanding dengan tekanan dalam sinus. Sebaliknya, dalam keadaan sakit vili tersebut kadang-kadang menjadi tersumbat oleh partikel-partikel besar, oleh fibrosis, atau bahkan oleh molekul protein plasma yang berlebihan yang bocor ke dalam cairan serebrospinal pada penyakit otak. Penghambatan seperti ini dapat menyebabkan tekanan cairan serebrospinal menjadi sangat tinggi.

Pengukuran Tekanan Cairan Serebrospinal
Prosedur yang biasa digunakan untuk mengukur tekanan cairan serebrospinal adalah sebagai berikut : Pertama, orang tersebut berbaring horizontal pada sisi tubuhnya, sehingga tekanan cairan spinal sama dengan tekanan dalam ruang tengkorak. Sebuah jarum spinal kemudian dimasukkan ke dalam kanalis spinalis lumbalis di bawah ujung terendah medula spinalisdan dihubungkan dengan sebiuah pipa kaca. Cairan spinal tersebut dibiarkan naik pada pipa kaca sampai setinggi-tingginya. Jika nilainya naik sampai setinggi 136 mm di atas tingkat jarum tersebut, tekanannya dikatakan 136 mm air atau, dibagi dengan 13,6 yang merupakan berat jenis air raksa, kira-kira 10 mmHg.
Cairan serebrospinal mengelilingi ruang subaraknoid di sekitar otak dan medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak.
·      Komposisi
Cairan serebrospinal menyerupai plasma darah dan cairan intersisial (air, elektrolit, oksigen, karbondioksida, glukose, beberapa lekosit ( terutama limfosit ) dan sedikit protein.
·      Produksi
Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroid yaitu jaring-jaring kapiler berbentuk bunga kol yang menonjol dari pia mater ke dalam dua ventrikel
otak
·      Sirkulasi
Cairan bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikuler (foramen munro) menuju ventrikel ketiga otak,kemudian mengalir melalui akuaduktus serebral ( Sylvius ) menuju ventrikel keempat cairan mengalir melalui tiga lubang langit-langit ventrikel keempat kemudan bersirkulasi melalui ruang subaraknoid. Setelah mencapai ruang subaraknoid,maka cairan serebrospinal akan bersirkulasi sekitar otak dan medulla spinalis,lalu keluar menuju sistem vaskular. Sebagian besar cairan serebrospinal direabsorpsi ke dalam darah melalui struktur khusus yang dinamakan villi araknoidalis kedalam sinus vena pada dura mater dan kembali ke aliran darah tempat asal produksi cairan tersebut
.


3.    Pemeriksaan Cairan Limfe
Cairan Limfe
Sistem limfatik, seperti yang kita kenal, pertama kali digambarkan tanpa bantuan oleh Olaus Rudbeck dan Thomas Bartholin. Suatu struktur dalam vertebrata yang terdiri dari pembuluh getah bening, kelenjar getah bening, dan organ untuk mengangkut cairan getah bening; sistem limfatik adalah seperangkat sambungan jaringan dan organ. Sistem limfatik terkait erat dengan darah dan sistem sirkulasi, adalah sistem drainase yang luas yang membawa air dan protein dari berbagai jaringan ke aliran darah. Ini mencakup jaringan saluran, yang digambarkan sebagai pembuluh getah bening atau limfatik, Ini adalah jaringan saluran yang membawa cairan jernih yang disebut getah bening. Struktur juga terdiri dari semua komposisi yang untuk pertukaran dan penciptaan limfosit, yang mencakup limpa, timus, sumsum tulang dan jaringan limfoid yang berhubungan dengan sistem pencernaan.
Sistem limfatik merupakan sebagian besar dari pembuluh getah bening, kelenjar getah bening dan kelenjar getah. Pembuluh getah bening, yang berbeda dari pembuluh darah, cairan yang disebut getah bening beruang seluruh sistem tubuh. Getah terdiri dari sel-sel darah putih yang melindungi dari kuman. Semua melalui pembuluh kelenjar getah bening. Seiring dengan limpa, kelenjar getah bening ini adalah lokasi di mana sel-sel darah putih pertempuran penyakit. sumsum tulang dan timus membawa menjadi ada sel-sel di kelenjar getah.
·       Struktur Anatomi dan Fisiologi dari Sistem Limfatik
-          Struktur Makroanatomi
1.    Vasa aferen: Merupakan vasa limfe yang menuju nodus limfatikus
2.    Vasa eferen: Merupakan vasa limfe yang meninggalkan nodus limfatikus
3.    Limfe : Merupakan sebuah cairan bening atau tidak berwarna yang terdapat pada saluran limfatika, yang terdiri dari kapiler, duktus, trunkus limfa, serta dalam sinus nodus limfatikus.
4.    Tonsil: Merupakan agregasi dari jaringan limfatik dalam mulut (pangkal lidah, palatum molle, dan regio faringeal). Tonsil itu hanya memiliki vasa limfa
5.    Nodus limfatikus: Merupakan akumulasi dari jaringan limfatik yang dibungkus oleh serabut elastic dan serabut otot polos yang mengandung kapsula.
6.    Lymphocente:  merupakan satu atau sekelompok nodus limfatikus yang ada secara konstan dan di region tubuh yang sama, serta menerima vasa aferen.
7.    Nodus Hemalis: Merupakan organ limfatik yang mempunyai morfologi khusus yang berbeda dengan nodus limfatikus dalam hal warna dan pada nodus hemalis tidak mempunyai vasa aferen dan vasa eferen. Warna pada nodus hemalis adalah coklat tua dan merah tua karena mengandung sel darah.
8.    Thymus: Merupakan orgam limfosit sekunder tempat transformasi menjadi sel limfosit T. sehingga sel limfosi T tersebut dapat membinasakn sel-sel yang bersifat asing atau sebgai system pertahanan maupun sel-sel kekebalan (anonym, 2009)
1.    Kapiler limfatik: merupakan kepile untuk jalan cairan limfe, berukuran lebih besar dan lebih teratur dibandingkan dengan kapiler darah.
2.    Cisterna chili yaitu sebuah perluasan awal dari ductus thoracicus yang terletak dorsal dari aorta, ventral dari corpus vertebrae, dan diantara tiang-tiang diafragma serta dindingnya tipis dan terang. Limfe yang mengalir ke cysterna chili adalah limfe pinggang, limfe dari seluruh intestinum, ventriculus, hepar dan lien.
3.    Ductus thorax adalah truncus limfatikus utama yang mengumpulkan cairan dari seluruh tubuh kecuali untuk kuadran kanan atas, jadi untuk kuadran atas duktus ini hanya menerima bagian sinister. Dukctus ini selanjutnya memasuki vena subklavia kiri pada sisi pertemuan vena tersebut dengan vena jugularis interna.
4.    Ductus limfatikus dexter adalah trunkus limfatikus yang lebih kecil. Saluran ini bermuara pada pertemuan vena jugularis interna dan vena subclavia kanan. Ductus ini menerima aliran limfe dari sisi kanan kepala dan leher serta lengan kanan.
5.    Trunkus bronkomediastenal kanan menampung limfe dari struktur mediastinal dan paru-paru dan kemudian menyatu dengan duktus limfatik kanan.
-          Struktur Mikroanatomi
1.      Limpa (Lien)
Kapsula dan trabekula pada limpa kaya serabut otot polos dan serabut elastic. Kapsula pada sapi dan kuda tebal, sedangkan pada hewan kanivora tipis. Limpa juga terdiri dari pulpa putih dan pulpa merah. Pulpa putih adalah jaringan limfatik padat yang didominasi oleh limfosit kecil dan berhubungan erat dengan cabang-cabang arteri trabekuler terletak di sentralis dan para sentralis. Sedangakan untuk pulpa merah merupakan pulpa yang dihuni oleh semua sel darah, sinusoid maupun tali-tali limpa yang tersusun granulosit, progenitor granulosit, sel fagosit dan sel retikuler. Limpa tergolongkan menjadi tiga yaitu:
1.    Limpa tipe pertengahan atau intermedier yaitu antara pulpa merah dan pulpa putih seimbang, kapsula dan trabekula juga seimbang. Contoh hewan ini adalah ruminansia dan babi
2.    Limpa tipe pertahanan atau defensive, pada limpa ini pulpa putih lebih dominan daripada pulpa merah. Trabekula dan otot polos sedikit serta kapsulanya tipis. Contoh hewan ini adalah kelinci maupun manusia.
3.    Limpa tipe ketiga adalah limpa tipe penyimpan. Pada limpe ini pulpa merah lebih dominan daripada pulpa putih. Trabekula dan kapsula tebal, serta kaya otot poloas dan serabut elastic. contoh dari hewan ini adalah Anjing, kucing dan kuda.
4.    Sedangkan untuk limpa ayam terbungkus oleh kapsula muskule tebal tanpa trabekula. Batas antara pulpa merah dan pulpa putih tidak jelas. Pulpa putih tersebar merata terutama tersusun oleh limfosit kecil, sedangkan untuk limfa merah tersusun dari sinus venosus dan tali-tali sel yang terdiri dari sel retikuler, makrofag, limfosit dan eritrosit.
5.    Nodus limfatikus
Pada nodus limfatikus terbungkus oleh jaringan ikat kolagen padat dengan serabut otot dan serabut elastic. Untuk kapsula melepaskan trabekula ke dalam organ. Pada bagina perifer korteks terisi nodulus limfatikus dengan dikelilingi oleh jaringan limfatik difus. Selanjutnya jaringan limfatik difus melanjut ke medulla dan membentuk tali-tali medulla atau korda medulla. jadi tali-tali medulla tersebut terisi oleh limfosit, sebgian leukosit, makrofag dan sel plasma.
Sedangkan kapsula sendiri terbungkus oleh vasa limfatik aferen, yang selnjutnya vasa tersebut menuju ke sinus kapsuler, kemudian ke sinus subkapsularis, kemudian ke sinus kortikalis, kemudian ke nodulus dan kemudian ke sinus medularis kemudian ke kapsula dan terakhir ke hilus.
Untuk Nodus limfatikus babi terlihat terbalik, karena nodulus limfatikus terletak di medulla sedangkan tali-tali edula teletak di korteks. Sedangkan untuk nodulus limfatikus anjiing dan domba pembagina dari medulla dan korteks sudah jelas. dengan nodulus limfatikus terletak di korteks, dan tali-tali medulla terletak di medulla, untuk nodus limfatikus domba terlihat lebih merah.
1.                   Bursa Fabricius
Bursa fabricius merupkan sebuah kantong buntu tebuka yang terletak di dinding proktodeum kloaka bagian dorsal. Pada bursa fabricius epithelium permukaannya berbentuk epithelium pseudokolumner kompleks, sedangkan untuk apeks folikelnya dibatasi oleh epithelium kolumner simpleks. Untuk tunika mukosa berlipat-lipat membentuk plika saraf folikel organ limfatik yang lebih spesifinya folikel organ limfatik tersebut terletak di lamina propia mukosa. Folikel terbagi korteks dan medulla, pada korteks terisi limfosit kecil sedangkan pada medulla terisi limfosit besar.
Pada perifer medulla. lapisan sel-sel epitel belum terdiferensiasi dan terpisah dari kortes oleh sel-sel kapiler. Untuk lamina muskularis mukosa, tunika submukosa, tunika muskularis dan tunika serosa secara keseluruhan hanya meupakan lapisan tipisyang terletak di bawah folikel organ limfatik (Anonim, 2009).




-          Fungsi Sistem Limfatika
1.                   mengumpulkan dan mengembalikan cairan interstisiil, termasuk protein plasma
ke darah, sehingga membantu mempertahankan keseimbanngan cairan (fluid
balance).
B.  mempertahankan tubuh terhadap penyakit dengan memproduksi limfosit (Anonim, 2009)
C.  menyerap lemak dari intestinum dan membawanya ke darah.
D.  Mengeluarkan zat-zat toksik dan debris seluler dari jaringan setelah infeksi atau kerusakan jaringan
E.   Sistem limfatik mengendalikan kualitas aliran cairan dengan cara menyaring melalui nodus-nodus limfe sebelm mengmbalikanya ke sirkulasi (Anonim, 2008).

-          Proses Jalan Limfe
Proses jalan limfe di mulai dari keluarnya cairan, yang disebut cairan interstisiil yang mengandung zat-zat makanan didalamnya keluar dari kapiler darah. Setelah keluar dari kapiler darah kemudian masuk ke dalam jaringan-jaringa disekelilingnya. Kemudian akan memberikan zat-zat makanan dari jaringan. Kemudian setelah itu cairan tersebut akan berkumpul di lekak-lekak jaringan yang kecil sekali. Dari lekak-lekak tersebut limfe mengalir melalui jalan-jalan limfe. Proses masuknya seperti pada susunan jalan darah, pertama limfe itu masuk kedalam kapiler. terus antara kapiler yang satu dengan yang lain bertemu dan akhirnya menjadi besar yaitu pembuluh limfe. Pada akhirnya jalan-jalan limfe akhirnya menjadi dua buah, yaitu ductus thoracicus dan ductus lymphaticus dexter. Pada ductus thoracicus. Ductus thoracicus ini dimulai dari sebuah perluasan yang dinamakn systerna cycli. pada ductus thoracicus ini menerima limfe dari isi badan dari seluruh pasangan belakang dari dinding dada, dinding perut, daerah bahu sebelah kiri, leher sebelah kiri dan kepala sebelah kiri. Sedangkan untuk truncus lymphaticus dexter, pangkalnya menreima limfe dari sebagian besar dinidng dada sebelah kanan, kepala sebelah kanan, leher sebelah kanan dan bahu sebelah kanan, kelenjar limfe yang ada ditempat semuanya itu berkumpul di kelenjar limfe sebelah kanan, yang tereltak didekat pintu masuk dada., dari perkumpulan tersebut terdiri dari 3-4 pangkal, dan akhirnya menjadi satu yaitu ductus lymphaticus dexter.
Pembuluh limfe ini lebih kecil dan dindingnya lebih tipis dari pembuluh darah. Sebelum limfe dialirkan kedalam darah limfe ini akan disaring di nodus-nodus limfatikus. karena limfe saat di lekak-lekak jaringan dapat terdapat kuman penyakit dan benda-benda debu seperti zat arang. Jadi sebelum dialirkan kedalam pembuluh darah limfe-limfe tersebut disaring terlebih dahulu. Pembersihan tersebut terjadi di nodus limfatikus atau di kelenjar-kelenjar limfe. Dan kuman-kuman tersebut yang tertahan disana akan dimusnahkan oleh limfosit yang terdapat di kelenjar-kelenjar limfe. Terkadang terdapat kuman yang lebih kuat, hal demikina dapat terjadi, bila terdapat kuman-kuman nanah, dan akibatnya kelenjar tersebut akan bernanah. Dan kelenjar-kelanjar limfe juga bisa berwarna hitam bila terdapat seperti zat arang. Setelah masuk ke vasa darah, limfe tersebut pertama akan dibawa ke ren, dir en tersebut zat-zat yang ada di dalam cairan tersebut akan dikeluarakan. Didalam pembuluh limfe juga terdapat klep-klep sehingga cairan limfe tidak bisa kembali (Anonim, 2005)
(Wijayanto, 2009)
·       Apa Saja yang Terdapat Pada Cairan Limfe
-          Air
-          Glukosa
-          Lemak
-          Garam (Anonim, 2008)
-          Protein 0,85 %

4.    Pemeriksaan Urine
Sebelum menilai hasil analisa urine, perlu diketahui tentang proses pembentukan urine. Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal.
Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-kelainan diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.
Faktor-Faktor Yang Turut Mempengaruhi Susunan Urin
Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain persiapan penderita dan cara pengambilan contoh urin.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik. Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain lain.

Pada tes kehamilan dianjurkan agar mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin - sewaktu, ialah urin yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan karena urin- sewaktu terlalu encer, maka dianjurkan memakai urin pagi.

Urin pagi ialah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik untuk pemeriksaan berat jenis, protein sedimen dan tes kehamilan. Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut ditampung.

Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.

Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal.

Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.

Warna urin
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat.
Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.
Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubecula yang terdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.

Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.

Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.

Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.
Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.

Eritrosit atau leukosit
Eritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia.

Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus.

Silinder
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.

Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.

Kristal
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.

Epitel
Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.
Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar.
Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada dalam buli-buli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.
Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain.

Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl.
Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

Benda- benda keton dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.
Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.
Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.

Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.
Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.
Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari 105 mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus.
Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan negatif.
Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.

5.    Pemeriksaan Tes Kehamilan
berbagai pemeriksaan tes kehamilan
1.    Terdapat reaksi silang antara LH dengan β-subunit hCG pada tes kehamilan.
2.    hCG dihasilkan oleh sinstiotrofoblas sejak hari ke 8 pasca fertilisasi dan terdeteksi pada hari ke 9.
3.    Puncak kadar hCG urine adalah pada sekitar hari ke 90
4.    Waktu paruh hCG 1.5 hari.
5.    Kadar hCG serum dan urine pada situasi normal kembali ke nilai sebelum kehamilan (<>

clip_image002
Penurunan kadar hCG setelah persalinan atas dasar waktu-paruh 1.5 jam


Tes Imunologi
·       Tes imunologi dilakukan atas dasar sifat antigen dari polipeptida protein hCG.
·       “Testing time” 2 menit sampai dengan 2 jam dan sensitivitas bervariasi antara 250 – 3500 mIU/ml tergantung pada pabrik pembuatan.
·       Sebagian besar tes, menunjukkan hasil positif 4 – 7 hari pasca amenorea.
Ketepatan berubah oleh karena :
·       Proteinuria yang menyebabkan inaktivasi agglutinasi anti-hCG.
·       Penyakit imunologi yang menyebabkan reaksi positif palsu akibat adanya interaksi antara IgM dengan reagen.
·       Kadar LH tinggi ( rangsangan pada hipofise anterior atau penggunaan obat penenang) menyebabkan reaksi positif palsu.
·       Pasca ooforectomi, menopause, hipotiroidisme atau gagal ginjal dapat menunjukkan hasil positif palsu. 
Tabel Pemeriksaan kehamilan secara imunologis
Metode
Bahan
Hasil Pemeriksaan
Koagulasi langsung
Partikel latex yang dilapisi oleh anti hCG + serum atau urine
Koagulasi bila terdapat hCG (kehamilan +)
Inhibisi koagulasi
Anti hCG + serum atau urine
ditambah
Eritrosit yang sudah di sensitisasi atau
Partikel latex yang dilapisi hCG
Koagulasi bila tidak terdapat hCG ( kehamilan – ) ; inhibisi terjadi bila terdapat hCG ( kehamilan + )
 Pemeriksaan radioimmunoassay hCG
·       Radio-immunoassay untuk hCG merupakan tes spesifik dan sensitif.
·       Tidak terdapat reaksi silang dengan LH. Secara laboratoris, tes ini dapat mendeteksi kadar serum antara 2 – 4 mIU/ml

“Home pregnancy test”
image
·       Merupakan tes imunologi sehingga juga memiliki masalah dalam interpretasi.
·       hCG di deteksi melalui urine pertama pada pagi hari. Tes positif ditunjukkan melalui adanya perubahan warna. Bila tes menunjukkan hasil negatif, diulang 2 minggu kemudian atau dilakukan pemeriksaan radioimmunoassay.



                                                           
III.             PERTANYAAN DAN JAWABAN

1.    Yang termasuk fungsi limfatik adalah, kecuali…
a.       Absorbsi lemak                                   c. Absorbsi protein
b.      Produksi Limfosit                               d. produksi Anti bodi
2.    Organisme yang menyebabkan infeksi pada vagina, adalah…
a.    Neisseria gonorrhoea                           c. Streptococcus
b.    Rhizopus                                             d. virus
3.                  Fungsi dari cerebrospinal, adalah…
a.       Mempertahankan volume didalam tengkorak
b.      Produksi anti bodi
c.       Filtrasi urin
d.      Merangsang kerja hormon
4.                  Penyakit yang sering ditimbulkan ileh bakteri pada vagina, kecuali…
a.       Gonore                                                            c. Kandidiasis
b.      Vaginosis bakterial                              d. genital papules
5.                  Indikasi pada pemeriksaan cerebrospinal, adalah…
a.       Menentukan kematian jaringan otak dan mendiagnosa retardasi mental atau over dosis obat
b.      Untuk terapi
c.       Untuk memulihkan ingatan
d.      Merangsang kerja hipotalamus


KUNCI JAWABAN
1.      C
2.      A
3.      A
4.      D
5.      A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar